Terpenoid merupakan
komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan
nabati dengan penyulingan disebut sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri yang awalnya
berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara
sederhana yaitu dengan perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari suatu
senyawa terpenoid yaitu 8:5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan
bahwa senyawa tersebut adalah golongan terpenoid (Lenny, 2006).
Minyak atsiri bukanlah
senyawa murni, melainkan campuran senyawa organik yang kadangkala mengandung
lebih dari 25 senyawa yang berlainan. Beberapa hasil penelitian kimia menunjukkan
bahwa sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya
mengandung karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatik. Jika
dilakukan fraksionasi (penyulingan) terhadap minyak atsiri maka yang mudah
menguap adalah fraksi senyawa terpen yang atom karbonnya sedikit, misalnya
terpen dengan 10 atom karbon atau yang lebih kecil. Fraksi yang mempunyai titik
didih yang lebih tinggi biasanya terdiri dari terpen yangmengandung 15 atom
karbon, atau yang lebih besar dari itu misalnya terpen dengan 20, 30, dan 40
atom karbon atau lebih (Usman, 2002).
Ekstraksi
senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan
maserasi. Sekletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering
yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana
dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas
bakteri. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol. Ekstrak methanol
dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl 4M.hasil hidrolisis
diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana.
Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu
disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji
fitokimia dan uji aktivitas bakteri. Uji aaktivitas bakteri dilakukan dengan
pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis.
Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Meller-Hinton broth kemudian
diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35°C.suspensi baketri
homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media
Mueller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidi kapas yang steril.
Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standar tetrasiklin serta pelarutnya
yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C.
dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan
menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan
campuran antara asam setat anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya
asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari
steroid yang akan membentuk turunan asetil didalam kloroform setelah.
Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongan senyawa ini paling larut
baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah tidak mengandung
molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka asam asetat
anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan dan turunan
asetil tidak akan terbentuk.
MATERI DAN METODE
Bahan
Biji pepaya yang digunakan dalam
penelitian ini adalah biji pepaya yang berwarna putih yang diambil di daerah
Kupang-NTT. Bahan kimia yang digunakan seperti metanol (teknis dan p.a),
kloroform p.a, n-heksana (p.a dan teknis), asam sulfat pekat, asam
asetat anhidrat, kalium bromida (KBr), silika gel GF254, silika gel 60,
etilasetat p.a, eter p.a, etanol (p.a dan teknis), dan akuades.
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah
berbagai alat gelas, seperangkat alat kromatografi (KLT dan kolom), lampu ulta
violet 254 nm dan 366 nm, spektrofotometer ultra violet -tampak, serta
spektrofotometer inframerah.
Cara Kerja
Biji pepaya yang berwarna putih
dicelupkan ke dalam etanol panas kemudian dikeringkan dan dihaluskan. Sebanyak
500 g serbuk kering biji pepaya diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan
pelarut n-heksana. Ekstrak yang didapat diuapkan dengan rotary vacuum
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana. Ekstrak
kental tersebut diuji fitokimia dengan pereaksi Liebermann-Burchard untuk
menentukan ada tidaknya triterpenoid. Ekstrak kental positif triterpenoid
dipisahkan dengan kromatografi kolom. Sebelum dilakukan pemisahan dengan
kromatografi kolom, terlebih dahulu dilakukan pemilihan eluen dengan teknik
KLT. Hasil pemisahan kromatografi kolom (silika gel 60, n-heksana : eter
: etilasetat : etanol (2:3:3:2)) yang sama digabungkan dan dikelompokkan
menjadi kelompok fraksi. Masing-masing kelompok fraksi tersebut diuji untuk
triterpenoid. Fraksi yang positif mengandung triterpenoid dengan noda tunggal
dilanjutkan dengan uji kemurnian secara KLT dengan beberapa campuran eluen.
Bila tetap menghasilkan satu noda maka fraksi tersebut dapat dikatakan sebagai
isolat relatif murni secara KLT. Isolat relatif murni ini kemudian dianalisis
dengan Spektrofotometer Ultra violettampak dan Inframerah.
Permasalahan
Reaksi apa saja yang mungkin terjadi selama proses isolasi pada senyawa terpenoid? Bagaimana kemurnian senyawa terpen yang dihasilkan dalam proses isolasi tersebut? Apakah ada perbedaan perlakuan jika kita ingin mendapatkan senyawa monoterpen, diterpen atau triterpen dalam proses isolasi?