Rabu, 30 Oktober 2013

Isolasi Flavonoid Pada Dandang Gendis

Dandang gendis (Clinacanthus nutans) merupakan tanaman obat yang terkenal di Thailand (dikenal sebagai phaya yaw di Thailand) dan digunakan untuk mengobati berbagai gejala penyakit seperti infeksi herpes. Ekstrak etanolnya dapat melawan hemolisis terinduksi radikal bebas (sebagai antioksidan)(Pannangpetch et al. 2007). Ekstrak etanol daunnya dengan dosis tertinggi (1.3 g/kg) yang diberikan secara oral terhadap tikus tidak menunjukkan tanda-tanda toksisitas akut (Chavalittumrong et al 1995).  Selain itu, ekstrak daunnya dilaporkan memiliki aktivitas analgesik dan anti inflamasi, aktivitas antivirus terhadap virus varicella-zoster, dan herpes simplex virus type-2 (Sakdarat et al. 2006). Penelitian efek fisiologis terhadap dandang gendis menunjukan bahwa ekstrak air daun dandang gendis dapat menurunkan gula darah hewan coba dengan menggunakan metode toleransi glukosa dengan keaktifan sebesar 64.77% dibandingkan tolbutamid (Nurulita et al. 2008). Investigasi fitokimia dan kimia yang dilakukan terhadap dandang gendis mengindikasikan terdapat stigmasterol, lupeol, β-sitosterol, dan belutin. Enam senyawa C-glikosil flavon, viteksin, isoviteksin, shaftosida, isomolupentin-7-Oβ-glukopiranosida, orientin, isoorientin, lima senyawa glikosida mengandung sulfur, dua glikogliserolipid, suatu campuran dari 9 serebrosida, dan suatu monoasilmonogalatosilgliserol telah diisolasi dari dandang gendis (Sakdarat et al. 2006).


Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani anthos , bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru. Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain misalnya, buah tertentu, batang, daun dan bahkan akar. Flavnoid sering terdapat di sel epidermis. Sebagian besar flavonoid terhimpn di vakuola sel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar vakuola.
Fungsi
 
 Flavonoid berlimpah dalam sel fotosintesis sehingga banyak tersebar dalam tanaman. Pada daun senyawa ini dipercaya dapat meningkatkan ketahanan fisiologis tanaman misalnya ketahanan terhadap kapang patogen dan radiasi UV-B. Struktur dasar dari senyawa flavonoid adalah 2-fenil-benzo[α[piran atau inti flavan yang terdiri atas dua cincin benzena dan terhubung melalui cincin piran heterosiklik. Flavonoid dapat diklasifikasikan berdasarkan asal biosintesisnya. Beberapa kelas seperti kalkon, flavanon, flavan-3-ol, dan flavan-3,4-diol, semuanya merupakan produk biosintesis yang terakumulasi dalam jaringan tumbuhan. Kelas lain yang hanya dikenal sebagai produk akhir dari biosintesis misalnya antosianidin, proantosianidin, flavon, dan flavonol. Dua kelas tambahan dari flavonoid yaitu isoflavon dan isoflavonoid terkait diperoleh dari isomerisasi rantai samping 2-fenil dari flavanon ke posisi 3. Neoflavonoid dibentuk melalui isomerisasi dari posisi 4. Flavonoid memiliki banyak kegunaan seperti aktivitas anti inflamasi, aktivitas oestrogenik, inhibisi enzim, aktivitas anti mikroba, anti alergi, anti oksidan, aktivitas vaskular, dan aktivitas sitotoksik anti tumor (Chusnie et al. 2005). Pengaturan sintesis enzim yang mengontrol biosintesis flavonoid dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti cahaya, patogen, dan bakteri simbiotik (Mahajan et al. 2011).
 
Mula-mula ekstrak etanol daun dandang gedis yang telah tersedia dimasukan ke dalam corong pisah hingga sepertiga volumenya. Kemudian etanol ditambahkan ke dalam corong pisah hingga setengah volumenya. Setelah itu sebanyak 50 mL n-heksana dimasukkan ke dalam corong pisah. Kemudian, ekstrak etanol daun dandang gendis tersebut diekstraksi dengan n-heksana. Ekstraksi dengan n-heksana ini dilakukan triplo. Lapisan n-heksana kemudian dipisahkan dari ekstrak etanol. Setelah itu, ekstrak etanol direfluks dengan 100 mL HCl 2N pada suhu 100 °C selama 60 menit. Ekstrak daun yang terhidrolisis kemudian didinginkan dan dipindahkan ke dalam corong pisah. Setelah itu, sebanyak 50 mL etil asetat ditambahkan ke dalam corong pisah lalu diekstraksi sebanyak 3 kali. Fraksi etil asetatnya kemudian dipisahkan dan dipkatkan hingga cukup pekat.

Flavonoid merupakan senyawa fenol sehingga dapat larut dalam air. Senyawa golongan ini dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi atau pelarut non polar lain seperti n-heksana (Harborne 2006). Etanol lebih digunakan untuk mengekstraksi daun dandang gendis dibandingkan kloroform terkait dengan kepolarannya dan tingkat bahayanya (kloroform bersifat karsinogen). Etanol 70% lebih bersifat polar dibandingkan kloroform untuk mengekstak dan mengisolasi senyawa flavonoid yang juga bersifat polar dengan sejumlah gugus hidroksil, baik yang terikat maupun yang tidak terikat gula (Markham 1988). Selain itu, aktivitas antioksidan tanaman obat dalam etanol 70% lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa pelarut lainnya (Macari et al 2006). Seharusnya maserasi dilakukan berulang kali hingga filtrat tidak berwarna hijau lagi sehingga dapat dianggap semua senyawa berbobot molekul rendah telah terekstraksi (Harborne 2006).
 
Setelah maserasi dilakukan, ektrak etanol daun dandang gendis kemudian dipartisi cair-cair dengan n-heksana untuk menghilangkan lipid seperti yang dinyatakan sebelumnya bahwa daun dandang gendis mengandung β-sitosterol dan stigmasterol yang termasuk steroid. Setelah partisi cair-cair ini dilakukan  ektrak etanol kemudian dihidrolisis asam selama 60 menit. Hidrolisis asam ini bertujuan memecah flavonoid ke dalam bentuk aglikonnya dan memutus gula dari aglikon flavonoid. Aglikon umumnya memiliki daya antioksidan dan penangkap radikal lebih tingi daripada glikosida flavonoid karena pada glikosida flavonoid gugus hidroksil fenolik yang merupakan gugus aktif antioksidan ataupun penangkap radikal telah mengikat gugus gula (Cholisoh&Utami 2008). Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid  yang mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida (Harborne 2006). Hasil hidrolisis kemudian dipartisi dengan etil asetat untuk memisahkan aglikon flavonoid dari gulanya sehingga aglikon flavonoid akan berada dalam fraksi etil asetat, sedangkan gulanya akan berada dalam fraksi air (Markham 1988).
 
Permasalahan:
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon.
Yang menjadi pertanyaan saya apakah ada perbedaan signifikan dalam proses isolasi dan pemilihan pelarut dari ketiga kelompok Flavonoid ini? Jelaskan jawaban anda.
Flavonoid yang terkandung dalam tumbuhan dapat diekstraksi dengan berbagai macam pelarut. Pemilihan pelarut biasanya didasarkan atas kepolaran pelarut yang disesuaikan dengan flavonoid. Flavonoid bersifat polar sehinggan mudah larut dalam pelarut polar seperti: air, etanol, aseton, butanol, dll. Flavanoid adalah senyawa yang dapat menguap dengan mudah jika berada dalam kondisi murni. - See more at: http://www.kamuslife.com/2012/05/senyawa-flavanoid-pengertian-dan.html#sthash.mguIm0tg.dpuf Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon.
Flavonoid yang terkandung dalam tumbuhan dapat diekstraksi dengan berbagai macam pelarut. Pemilihan pelarut biasanya didasarkan atas kepolaran pelarut yang disesuaikan dengan flavonoid. Flavonoid bersifat polar sehinggan mudah larut dalam pelarut polar seperti: air, etanol, aseton, butanol, dll. Flavanoid adalah senyawa yang dapat menguap dengan mudah jika berada dalam kondisi murni. - See more at: http://www.kamuslife.com/2012/05/senyawa-flavanoid-pengertian-dan.html#sthash.mguIm0tg.dpuf

2 komentar:

  1. Antosianin adalah senyawa flavonoid dan merupakan glikosida dari antosianidin yang terdiri dari 2-phenyl benzopyrilium (Flavium) tersubstitusi, memiliki sejumlah gugus hidroksil bebas dan gugus hidroksil termetilasi yang berada pada posisi atom karbon yang berbeda. Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa turunan dari kation flavilium, dua puluh jenis senyawa telah ditemukan. Tetapi hanya enam yang memegang peranan penting dalam bahan pangan yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin
    Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi dan glikosilasi (Harborne, 1996). Antosianin adalah senyawa yang bersifat amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam maupun dalam basa.
    Antosianin adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru .

    Flavonol dan flavon merupakan jenis flavonoid yang paling banyak ditemukan di sayur ‐
    Sayuran.
    Di tanaman,
    Kedua kelompok senyawa ini biasanya berada dalam bentuk O ‐ glikosida. Perbedaan
    Yang paling utama antara flavonol dan flavon yaitu flavonol memiliki gugus hidroksi pada C3 dan flavon
    Tidak.


    demikian,trims

    BalasHapus
  2. tentu saja ada perbedaannya, pada antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan. Antosianin secara umum mempunyai stabilitas yang rendah. Pada pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan.

    sedangan flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau tergantung pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari cincin A. flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun demikian, selama demetilasi tata ulang sering teramati; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6 dihidroksiflavon . Dalam keadaan khusus pembukaan lanjut dapat terjadi.

    dan menurut saya antara flavonol dan flavon tidak jauh berbeda karena diantara keduanya merupakan aglikon yang kurang polar dan cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform

    BalasHapus