Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon
dan terdiri dari 2 cincin benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat
membentuk cincin ketiga. Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
- Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen (turunan tanin).
- Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.
- Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai pewarna alami
Kerangka dasar karbon pada flavonoid merupakan kombinasi antara jalur sikhimat
dan jalur asetat-malonat yang merupakan dua jalur utama biosintesis cincin
aromatik. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida (jalur
asetat-malonat), yaitu kondensasi tiga unit asetat atau malonat, sedangkan
cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propan berasal dari jalur
fenilpropanoid (jalur sikhimat) [Achmad, 1985].
Penentuan
Struktur
Kromatogram
Flavonoid
Flavonoid
terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapatdiekstraksi dengan
etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan
eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah
bila ditambah basa atau amonia, jadi mereka mudah dideteksipada kromatogram
atau dalam larutan (Harborne, 1987 : 70).
Spektroskopi
serapan lembayung dan serapan sinar tampak digunakan untuk membantu
mengidentifikasi jenis flavonoid dan menentukan pola oksigenasi. Disamping itu,
kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat ditentukan
dengan menambahkan pereaksi (pereaksi geser) ke dalam larutan cuplikan dan
mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Cara ini berguna untuk
menentukan kedudukan gula atau metil yang terikat pada salah satu
gugushidroksil fenol (Markham, 1988 : 38).Spektrum flavonoid (gambar 2)
biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut
metanol atau etanol. Spektrum khas terdiri atas dua maksimal pada rentang 240-285
nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi
maksimal tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai sifat flavonoid
dan pola oksigenasinya.
Spektrum khas jenis flavonoid utama dengan pola oksigenasi yang setara (5,7,4‟) adalah
kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol,
dan isoflavon. Ciri nisbi ini tidak berubah,bahkan bila pola oksigenasi
berubah, sekalipun rentang maksimal serapan pada jenis flavonoid (tabel 2)
yang berlainan tumpang tindih sebagai keseragaman pola oksigenasi. Keseragaman
dalam rentang maksimal ini akan bergantung pada pola hidroksilasi dan pada
derajat substitusi gugus hidroksil (Markham, 1988 : 39).
Permasalahan:
Seperti yang kita ketahui Spektrum khas jenis flavonoid utama dengan pola oksigenasi
yang setara (5,7,4‟) adalah kekuatan nisbi yang rendah
pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon. Mengapa ciri
nisbi pada flavonoid tidak berubah sekalipun pola oksigenasi berubah?