Jumat, 29 November 2013

Penentuan struktur Flavonoid



Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon dan terdiri dari 2 cincin benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
  1. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen (turunan tanin).
  2. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.
  3.  Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai pewarna alami
            Kerangka dasar karbon pada flavonoid merupakan kombinasi antara jalur sikhimat dan jalur asetat-malonat yang merupakan dua jalur utama biosintesis cincin aromatik. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida (jalur asetat-malonat), yaitu kondensasi tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikhimat) [Achmad, 1985].

Penentuan Struktur
Kromatogram Flavonoid
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapatdiekstraksi dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia, jadi mereka mudah dideteksipada kromatogram atau dalam larutan (Harborne, 1987 : 70).

Spektroskopi serapan lembayung dan serapan sinar tampak digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis flavonoid dan menentukan pola oksigenasi. Disamping itu, kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi (pereaksi geser) ke dalam larutan cuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Cara ini berguna untuk menentukan kedudukan gula atau metil yang terikat pada salah satu gugushidroksil fenol (Markham, 1988 : 38).Spektrum flavonoid (gambar 2) biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut metanol atau etanol. Spektrum khas terdiri atas dua maksimal pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksimal tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai sifat flavonoid dan pola oksigenasinya.
            Spektrum khas jenis flavonoid utama dengan pola oksigenasi yang setara (5,7,4) adalah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon. Ciri nisbi ini tidak berubah,bahkan bila pola oksigenasi berubah, sekalipun rentang maksimal serapan pada jenis flavonoid (tabel 2) yang berlainan tumpang tindih sebagai keseragaman pola oksigenasi. Keseragaman dalam rentang maksimal ini akan bergantung pada pola hidroksilasi dan pada derajat substitusi gugus hidroksil (Markham, 1988 : 39).


Permasalahan:
Seperti yang kita ketahui Spektrum khas jenis flavonoid utama dengan pola oksigenasi yang setara (5,7,4) adalah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon. Mengapa ciri nisbi pada flavonoid tidak berubah sekalipun pola oksigenasi berubah?

2 komentar:

  1. kekuatan nisbi itu bergantung pada pola hidroksilasi dan pada derajat subtitusi gugus hidroksil. mengapa ciri nisbi flavonoid tidak berubah sekalipun pola oksigenasi berubah ? hal itu dikarenakan dihidroflavon, dihidroflavonol, terdapat gugus OH pada cincin A (5, dan 7) sedangkan isoflavon tidak ada OH pada cincin A. sekian dan terimakasih..

    BalasHapus
  2. baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan saudari khatarina dimana mengapa ciri nisbi pada flavonoid tidak berubah sekalipun pola oksigenasi berubah sperti yang sudah di jelaskan oleh saudari friska bahwa pada dihidroflavonol,dihidroflavon terdapat gugus OH pada cicin A (5 dan 7) sedangkan isoflavon tidak memiliki OH pada cincin Anya...

    smoga bsamembantu :)

    BalasHapus