Soal Ujian Semester Kimia
Bahan Alam
Nama: Khatarina Meldawati Pasaribu
Nim: A1C11010
Sifat ujian open book,
diposting paling lambat tanggal 31 desember (jamnya tidak tau jadi usahakan
sebelumnya sudah diposting), dikumpul dalam bentuk print out ditanggal yg sama
dengan terakhir posting (31 desember)
1.
Temukan dua
senyawa alkaloid yang berisomer satu sama lain. Tuliskan struktur lengkap dan
sumber darimana kedua senyawa tersebut ditemukan (link, referensi dsb).
Bersama-sama
dengan teobromin dan teofilin, kafein, termasuk ke dalam senyawa kimia golongan
xanthin. Kafein termetabolisme di dalam hati menjadi tiga metabolit utama yaitu
paraxanthine (84%), theobromine (12%), dan theophylline (4%).
Teobromina atau xanteosa
adalah zat kimia dari kelompok alkaloid. Teobromin ada di tumbuhan kakao.
Secara kimiawi, teobromin amat mirip dengan kafein. Karena kakao digunakan untuk membuat cokelat, senyawa ini juga ada pada coklat. Meski bernama teobromina, tidak ada bromin yang terkandung di dalamnya — teobromina
berasal dari Theobroma, nama genus dari pohon kakao,
(yang berasal dari bahasa Yunani theo
("Dewa") dan brosi ("makanan"), artinya "makanan para
dewa") dengan akhiran -ina yang diberikan pada alkaloid
dan senyawa basa lain yang mengandung nitrogen.
Teobromina adalah bubuk tak larut air,
kristalina,
dan pahit. Warnanya bisa disebut putih ataupun tak berwarna.
Teobromina memiliki efek yang serupa dengan kafein meskipun lebih kecil,
membuatnya homolog.
Teobromina adalah isomer teofilina
sebagaimana paraxantina.
Teobromina dikategorikan sebagai dimetil xantina, yang
artinya senyawa ini masuk xantina dengan 2 gugus metil. Teobromina pertama kali diisolasi dari bibit
pohon kakao pada tahun 1878 dan segera setelah itu disintesis dari
xantina oleh Hermann Emil
Fischer.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Teobromina,
Diakses 26 Desember 2013)
2.
(a.) usulkan
teknik isolasi dan pemurnian kedua senyawa yang berisomer tersebut. (b.)
Jelaskan alasan dan pemilihan pelarut untuk ekstraksi/pemurnian/isolasi
tersebut.
(a)
Teobromin
dan kafein merupakan senyawa alkaloid yang terdapat dalam tanaman coklat.
Senyawa – senyawa tersebut tersimpan dalam biji coklat yang merupakan bahan
baku pembuatan coklat bubuk. Kandungan kedua senyawa tersebut dapat
menggambarkan kualitas suatu produk coklat.
Isolasi terhadap teobromin dan teofilin dilakukan dengan menggunakan HPLC. Untuk menganalisis kedua senyawa golongan alkaloid ini, maka digunakan sampel coklat bubuk yang telah bebas dari lemak. Hal ini dilakukan karena keberadaan lemak akan mengganggu analisis teobromin dan kafein dengan HPLC. Sebelum dianalisis dengan HPLC maka sampel diberi perlakuan awal. Perlakuan awal yang diberikan adalah Ekstraksi Fasa Padat atau yang lebih dikenal dengan Solid Phase Extraction (SPE). Teknik SPE digunakan sebagai perlakuan awal terhadap sampel coklat bubuk atau untuk clean – up terhadap sampel yang masih mengandung pengotor.
Clean – up dilakukan untuk menghilangkan pengotor – pengotor yang masih terdapat dalam sampel yang akan dianalisis. Pada proses clean – up kali ini analit yang akan dianalisis akan tertahan pada penjerap yang digunakan (pada percobaan ini penjerap yang digunakan adalah C 18), sedangkan pengotor – pengotornya akan terelusi. Analit akan tertahan pada penjerap karena analit dan penjerap sama – sama bersifat nonpolar. Selanjutnya analit yang tertahan pada penjerap akan dielusi oleh sebagian kecil pelarut organik.
Tahap pertama menggunakan SPE adalah mengkondisikan penjerap C 18 dengan pelarut metanol dan air. Pengkondisian ini dilakukan untuk membasahi permukaan penjerap dan untuk menciptakan pH yang sama, sehingga perubahan – perubahan kimia yang tidak diharapkan ketika sampel dimasukkan dapat dihindari. Selanjutnya larutan sampel dilewatkan ke penjerap, maka analit yang diharapkan akan tertahan, sedangkan pengotor – pengotornya akan terelusi. Kemudian kolom (penjerap) dicuci dengan akuades untuk menghilangkan seluruh komponen yang tidak tertahan oleh penjerap. Tahap terakhir adalah elusi teobromin dan kafein dari kolom dengan kloroform. Pada tahap ini analit yang diharapkan yaitu teobromin dan kafein akan terelusi kedalam kloroform. Kemudian kloroform diuapkan dengan pengangas air.
Setelah seluruh kloroform habis teruapkan maka yang tersisa adalah residu bewarna putih. Residu bewarna putih itu adalah teobromin dan kafein. Residu ini L nya dianalis dengan HPLC.mdilarutkan dalam 3 mL air dan sebayak 20
Waktu retensi (tR) untuk standar teobromin dan kafein adalah 3,377 dan 4,274.
Dari
hasil analisis menggunakan HPLC didapatkan waktu retensi untuk teobromin dan kafein
masing – masing adalah 3,338 dan 3,933. Dari hasil analisis selisih antara tR
standar dengan tR hasil analisis tidak lebih dari 0,5, dengan ini dapat
disimpulkan bahwa sampel coklat bubuk mengandung teobromin dan kafein.
Untuk menentukan kadar teobromin dan kafein maka dibuat kurva standar antara massa teobromin dan kafein versus luas area kurvanya. Kemudian luas area yang didapat dari kromatogram hasil analisis disubstitusi kedalam persamaan kurva standar. Persamaan kurva standar untuk teobromin dan kafein berturut – turut adalah y = 4E + 08X + 47303 dan y = 1E + 09X + 75209. Dari hasil substitusi luas area terhadap persamaan kurva standar didapatkan massa L sampel adalah 5,1 x 10-4 mgram danmteobromin dan kafein dalam 20 5,973 x 10-6 mgram. Sedangkan massa teobromin dan kafein dalam 50 mL sampel adalah 7,65 x 10-4 gram dan 9 x 10-6 gram.
Untuk menentukan kadar teobromin dan kafein maka dibuat kurva standar antara massa teobromin dan kafein versus luas area kurvanya. Kemudian luas area yang didapat dari kromatogram hasil analisis disubstitusi kedalam persamaan kurva standar. Persamaan kurva standar untuk teobromin dan kafein berturut – turut adalah y = 4E + 08X + 47303 dan y = 1E + 09X + 75209. Dari hasil substitusi luas area terhadap persamaan kurva standar didapatkan massa L sampel adalah 5,1 x 10-4 mgram danmteobromin dan kafein dalam 20 5,973 x 10-6 mgram. Sedangkan massa teobromin dan kafein dalam 50 mL sampel adalah 7,65 x 10-4 gram dan 9 x 10-6 gram.
Dari rumus didapatkan rendemen teobromin dan kafein adalah 0,3825 % dan 0,0045 %. Rendemen teobromin dan kafein yang didapat ini sangat kecil dibandingkan dengan kandungan teobromin dan kafein dalam coklat yang didapat dari hasil penelitian terdahulu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor pengenceran, serta proses clean – up. Praktikan menduga selama proses clean – up teobromin dan kafein ikut terelusi bersama dengan pengotornya. Akan tetapi hal ini baru sekedar hipitesis awal, untuk itu praktikan menyarankan perlunya agar proses clean – up harus benar – benar dilkukan dengan hati – hati, karena hal itu sangat berpengaruh terhadap hasil analisis.
(b)
alasan menggunakan pelarut kloroform pada isolasi senyawa thiobromin dan
pelarut methanol pada isolasi senyawa thiofillin yaitu karna senyawa keduanya
merupakan senyawa yang bersifat kurang polar sehingga pelarut
yang digunakan juga harus pelarut yang bersifat nonpolar. Sehingga Analit
akan tertahan pada penjerap karena analit dan penjerap sama – sama bersifat
nonpolar. Selanjutnya analit yang tertahan pada penjerap akan dielusi oleh
sebagian kecil pelarut organik. Pada tahap ini analit yang
diharapkan yaitu teobromin dan kafein akan terelusi kedalam kloroform. Kemudian
kloroform diuapkan dengan pengangas air.
(http://repository.ugm.ac.id/20546/,
Diakses 26 Desember 2013)
3.
Usulkan tahap2
biosintesis kedua senyawa tersebut dengan reaksi2 kimia organik. Jelaskan dasar
referensinya (sumber,link)
Biosintesis teobromin dapat dilakukan dengan 3
cara:
a)AMP→IMP→XMP→xanthosine→7-methylxanthosine→7-metilsantin→teobromin.
b)GMP→guanosin→xanthosine→7-methylxanthosine→7-metilsantin→teobromin.
c) Santin → 3-metilsantin → teobromin
(Ashihara et al, 2008)
4.
Tentukan
bagaimana cara mengelusidasi struktur lengkap dari kedua senyawa tersebut.
Senyawa-senyawa turunan xantin diketahui memiliki
beberapa aktivitas farmakologis, diantaranya sebagai bronkodilator. Meskipun
penggunaannya sebagai obat anti asma telah cukup dikenal, tetapi turunan xantin
diketahui memiliki efek samping yang kurang menguntungkan yaitu penekanan pada
jantung dan sistem syaraf pusat. Beberapa penelitian mengenai modifikasi
siniktur xantin guna mendapatkan turunan yang lebih poten dan selektif telah
dilakukan. Berdasarkan penehtian terdahulu, diketahui bahwa subsitusi pada atom
N' xantin dapat ineningkatkan aktivitas dan selektivtasnya sebagai
bronkodilator. Teobromin (3,7,-dimetilrantin) adalah turunan xantin yang
memiliki N' tidal( tersubstitus, dan dapat digunakan sebagai bahan pemula untuk
mensintesis turunan xantin yang termodifikasi pada atom N'. Pada penelitian
in./ telah dilakukan sintesis dua turunan alkil teobromin, yaitu : NI -
n-propil teobromin , dan N1-n-butil teobromin. Sintesis dilakukan me/Aui reaksi
alkilasi inenggunakan n-propil bromida. dan bromida. Metoda sintesis dilakukan
dengan merefluks teobromin dart alkil bromida dalam media pelarut basa selama
27-30 jam, dilanjutkan dengan rekristalisasi menggunakan kloroform. Hasil
sintesis berupa kristal putih berbentuk jarum halus dengan rendemen sekitar 30
%. Uji kemurnian dilakukan dengan kromatografi lapis tipis, uji titik lebur,
dan kromatografi gas. Penetapan struktur molekill basil sintesis dilakukan
dengan analisa spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer inframerah dan
spektrometer massa (GC-MS). Hasil analisis elusidasi struktur memastikan bahwa
basil sintesis adalah N1-n-propil teobromin, dan NI -n-butil teobromin. Uji
aktivitas hayati dilakukan secara in vitro
menggunakan preparat trakea marmot, dengan mengamati kemampuan senyawa
menghilangkan kontraksi otot polos trakea yang disebabkan oteh histamin, dan
dibandingkan dengan teofilin. Hasil uji hayati menunjukkan bahwa kedua Manua
tebromin memiliki aktivitas sebagai relaksan otot polos trakea lebih besar
dibanding teofilin. Aktivitas teobromin lebih kecil dui pada N1-n-butil
teobrornin Kata kunci : teobromin, N'-n-propil teobromin, N'n-butil teobromin,
relaksan trakea
(http://repository.ugm.ac.id/20546/,
diakses 26 desember 2013)
Derivat
xantin mengabsorbsi dengan kuat sinar UV dan sangat mudah ditentukan dengan
menggunakan pengukuran spektrofotometri. Pada pH 6 koffein,
teobromin dan teofilin masing-masing menunjukkan absortivitas maksimum pada
panjang gelombang 272 hingga 273 mikrometer; sedikit perubahan maksimum nampak
pada nilai pH yang berbeda. Keseluruhan komponen dari koffein natrium benzoat
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan dan pengukuran simultan pada dua
panjang gelombang. Berbagai sediaan teofilin dapat dianalisi dengan metode
spektrofotometri.
(http://rgmaisyah.wordpress.com/2010/11/25/spektrofotometri-derivat-xantin-koffein-teofilin-teobromin/, diakses 27 Desember 2013)