UJIAN MID
SEMESTER KIMIA BAHAN ALAM
Dosen Pengampu Mata Kuliah Kimia Bahan Alam: Dr. Syamsurizal, M.Si
WAKTU UJIAN: 3-10 Desember 2013
Dosen Pengampu Mata Kuliah Kimia Bahan Alam: Dr. Syamsurizal, M.Si
WAKTU UJIAN: 3-10 Desember 2013
PETUNJUK : Ujian ini
open book.
Tapi tidak diizinkan
mencontek, bilamana ditemukan, maka anda dinyatakan GAGAL. Jawaban anda
diposting di blog masing-masing
1. Cari diartikel tentang teknik
identifikasi dari suatu senyawa terpenoid. Mengapa dengan reagen tersebut tidak
cocok untuk mengidentifikasi golongan lain seperti flavonoid, alkaloid, atau
fenolik lain.
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara
yaitu :
a. Sokletasi
Seberat 1000
g serbuk kering herba meniran disokletasi dengan 5 L pelarut n –heksana.
Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji
aktivitas antibakteri.
b. Maserasi
Seberat 1000
g serbuk kering herba meniran dimaserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak
metanol dipekatkan lalu dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M. Hasil hidrolisis
diekstraksi dengan 5 x 50 mL n–heksana. Ekstrak n-heksana
dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana
dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri.
Ekstrak yang positif terpenoid dan paling aktif
antibakteri dipisahkan mengunakan kromatografi kolom dengan fase diam silika
gel 60 dan fase gerak kloroform : metanol (3 : 7). Fraksi-fraksi yang diperoleh
dari kromatografi kolom diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri. Fraksi
yang positif terpenoid dan paling aktif antibakteri dilanjutkan ke tahap
pemurnian menggunakan kromatografi lapis tipis. Isolat yang relatif murni
selanjutnya diidentifikasi menggunakan kromatogafi gas – spektroskopi massa.
Hasil ekstraksi dengan cara sokletasi dan maserasi
menunjukkan bahwa ekstrakn-heksana pada kedua cara tersebut positif
mengandung senyawa terpenoid. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya warna ungu
setelah ekstrak nheksana direaksikan dengan Pereaksi Lieberman
Burchard. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap ekstrak n-heksana
hasil sokletasi memberikan daya hambat yang lebih besar dibandingkan ekstrakn-heksana
hasil maserasi. Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan
menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi 2mL Muller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen
selama 24 jam pada suhu 35°C. suspensi baketri homogeny yang telah diinkubasi
siap dioleskan pada permukaan media Muller-Hinton agar secara merata dengan
menggunakan lidikapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel,
standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan pengukuran daya hambat zat
terhadap baketri.
Terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi
dipisahkan mengunakan kromatografi kolom menghasilkan tiga buah fraksi yang
dipaparkan pada Tabel 1.
No
|
Fraksi
|
Jumlah Noda
|
Rf
|
Warna Ekstrak
|
1
|
A
|
1
|
0,725
|
Kuning
|
2
|
B
|
2
|
0,690 dan 0,600
|
Kuning muda
|
3
|
C
|
1
|
0,580
|
Kuning muda
|
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa fraksi A dan
fraksi C positif terpenoid yaitu memberikan warna merah muda (positif
diterpenoid) pada fraksi A dan warna ungu muda (positif triterpenoid) pada
fraksi C setelah direaksikan dengan
pereksi Lieberman-Burchard. Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan
pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran
antara asam setatanhidrat dan asam sulfat pekat. Hasil ini dipaparkan pada
Tabel 2.
Nama Fraksi
|
Warna larutan sebelum direaksikan dengan pereaksi
Liberman-Burchad
|
Warna larutan setelah direaksikan dengan pereaksi
Liberman-Burchad
|
Keterangan
|
Fraksi A
|
Kuning
|
Merah muda
|
Positif terpenoid (diterpenoid)
|
Fraksi B
|
Kuning muda
|
Hijau kebiruan
|
Negative terpenoid (steroid)
|
Fraksi C
|
Kuning muda
|
Ungu muda
|
Positif terpenoid(triterpenoid)
|
Fraksi yang positif terpenoid selanjutnya dilakukan
uji aktivitas antibakteri. Dari hasil uji aktivitas antibakteri fraksi A
memberikan daya hambat yang lebih baik sehingga fraksi A dilanjutkan ke tahap
pemurnian. Hasil pemurnian menunjukkan noda tunggal. Hal ini dapat dikatakan
fraksi A relative murni secara KLT. Isolat yang relatif murni diidentifikasi
menggunakan kromatografi gas – spektroskopi massa. Kromatogram gas fraksi n-heksana
positif terpenoid dan aktif antibakteri yang menunjukkan terdapatnya dua buah
puncak dengan waktu retensi berturut-turut : 25,74 dan 21,93 menit. Berdasarkan
data di atas senyawa tersebut mengandung dua buah senyawa.
Setelah difragmentasi, struktur phytadiene mengikuti
pola fragmentasi senyawa pada puncak I, dengan demikian senyawa pada puncak I
diduga sebagai senyawaphytadiene berdasarkan data Spektroskopi
Massa, pola fragmentasi dan hubungan antara senyawa puncak I dengan phytol, phytadiene dan
dodekane.
Berdasarkan data hasil penelusuran internet, terdapat
struktur senyawa yang memiliki berat molekul m/z 336 dengan gugus dan pola
fragmentasi yang memenuhi gugus dan pola fragmentasi senyawa pada puncak II,
senyawa tersebut adalah 1,2-seco-cladiellan. Berdasarkan data di atas ditarik
suatu kesimpulan yaitu senyawa puncak II diduga sebagai senyawa 1,2–seco–cladiellan,
karena struktur senyawa ini memenuhi pola fragmentasi senyawa puncak II.
Uji
fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman- Burchard.
Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan
asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk
membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil
didalam kloroform. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongan senyawa
ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah
tidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka
asam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan
dan turunan asetil tidak akan terbentuk.
(Tiara Nur Shinta. 27 November 2012. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Terpenoid. http://tiarashinta2.blogspot.com/2012/11/isolasi-dan-identifikasi-senyawa.html, diakses 7 Desember 2013)
2. Dengan cara
yang sama cari teknik isolasi tentang senyawa terpenoid. Jelaskan dasar ilmiah
penggunaan pelarut dan teknik-teknik isolasi dan purifikasi.
Isolasi adalah proses pemisahan
komponen – komponen kimia yang terdapat suatu bahan organisme. isolasi terdiri
dari pemisahan , pemurnian , identifikasi dan penetapan . salah satu cara
isolasi umum digunakan adalah kromatografi . pemisahan dari kromatografi ini
didasarkan pada sifat adsorbsi atau partisi dari senyawa yang dipisahkan
terhadap adsorben dan cairan pengulasi .
Kromatografi adlah cara pemisahan komponen dalam sediaan secara penyarian berfraksi , penyerapan , penukar ion pada zat berpori , atau dengan menggunakan cairan atau gas pengalir . pemisahan terjadi karena komponen cuplikan bergerak dengan jarak yang berbeda yang di sebabka oleh perbedaan retensi komponen yang dipisahkan . terjadinya pemisaha komponen yang disebabkan oleh adanya perbedaan distribusidi antara dua fasa , yaitu fasa diam dan fasa bergerak.
Beberapa teknik kromatografi yang sering dilakukan adalah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom biasa, kromatografi kolom vakum cair, dan kromatografi gais-cair.
Kromatografi adlah cara pemisahan komponen dalam sediaan secara penyarian berfraksi , penyerapan , penukar ion pada zat berpori , atau dengan menggunakan cairan atau gas pengalir . pemisahan terjadi karena komponen cuplikan bergerak dengan jarak yang berbeda yang di sebabka oleh perbedaan retensi komponen yang dipisahkan . terjadinya pemisaha komponen yang disebabkan oleh adanya perbedaan distribusidi antara dua fasa , yaitu fasa diam dan fasa bergerak.
Beberapa teknik kromatografi yang sering dilakukan adalah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom biasa, kromatografi kolom vakum cair, dan kromatografi gais-cair.
Teknik isolasi
terpenoid meliputi empat tahap pengerjaan yaitu ekstraksi, fraksinasi,
pemurnian dan karakterisasi.
a. Ektraksi
sampel daun direndam (maserasi ) dengan menggunakan metanol + 3-4 hari. Setelah itu maserat yang diperoleh dikumpulkan, disaring, dan dipekatkan dengan penguap bertekanan rendah hingga diperoleh residu yang kering. Selanjutnya ekstrak yang diperoleh dipartisi dengan menggunakan etil asetat : air = 1 :1 sebanyak 3 kali menghasilkan 2 fase yaitu fase etil asetat dan fase air. Selanjutnya dilakukan uji reaksi liberan buchard terhadap kedua fase. Dari uji kedua fase diketahui fase etil asetat yang lebih memberikan hasil positif atau yang mengandung senyawa terpenid. Kemudian dilakukan evaporasi terhadap fase vetil asetat sehingga diperoleh ekstrak kental.
b. Fraksinasi.
Pada tahap ini dilajutkan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan beberapa campuran pelarut yang dilakukan terhadap ekstrak etil asetat untuk melihat komposisi dan sistem pelarut yang tepat yang akan digunakan dalam fraksinasi pada kromatografi kolom. Sistem pelarut antara lain : n-heksan : etil asetat = 2 : 1, metanol : air = 5 : 1, kloroform : metanol : air= 7 : 3 : 1. setelah diuji hasil KLT dan diperoleh sistem pelarut- ekstrak yang tepat , selajutnya dilakukan pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak dengan kromatografi kolom. Sampel ekstrak yang mungkin selanjutnya dilarutkan dengan kloroform untuk dihomogenkan dan setelah cukup kering dimasukkan kedalam kolom danm dielusi dengan campuran n-heksan : etil asetat menurut kenaikan gradien poleritas pelarut, mulai dari perbandingan 10 :1 sampai dengan 1 :1. selanjutnya dilakukan kromatohgrafi lapis tipis terhadap masing-masing komponen sehingga dihasilkan beberapa macam fraksi. Fraksi-fraksi yang mempunyai nilai Rf yang sama digabung menjadi satu fraksi.
c. Pemurnian
Fraksi yang telah dikumpulkan tadi, selajunya diuapkan kemudian dilakuakan rekristalisasi. Padatan komponen tersebut dilarutkan dengan pelarut methanol pada suhu 50o C, kemudian disaring dengan corong buchner selagi panas. Jika larutan berwarna, ditambahkan norit 1-2% dari berat padatan komponen tadi, kemudian disaring kembali dan filtratnya didinginkan dalam air es sampai terbentuk kristal.
d. Karakterisasi
kristal yang diperoleh uji kemurniannya dengan kromatografi lapis tipis dalam eluen n-heksan : etil asetat (2:1) dilanjutkan dengan pengujian titik leleh dan diidentifikasi dengan uji pereaksi Liberman – Buchard.
Kaidah-kaidah pokok dalam memilih
pelarut :
· Pelarut mudah dipisahkan dari zat terlarut
· Pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut melalui segala cara.
· Pelarut
harus mempunyai daya larut yang tinggi dan tidak berbahaya atau beracun.
· Memiliki titik didih yang tepat
Contoh pelarut yang biasa
digunakan dalam isolasi senyawa bahan alam (flavonoid, alkaloid,
steroid/terpenoid) yaitu :
kloroform,
n-butanol, etil asetat, n-heksan, metanol, diklorometana, dietil eter dll.
Pada isolasi dan
purifikasi terpenoid digunakan pelarut kloroform. Alasan penggunaan kloroform adalah
karena golongan senyawa ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang
paling prinsipil adalah tidak mengandung molekul air.
Untuk Terpenoid
Kita ketahui bahwa terpenoid ini
memiliki sifat kutub sehingga dapat digunakan pelarut yang bersifat semi-polar
atau polar yaitu.
Contohnya:
1.
Pelarut yang bersifat polar
Pelarut polar ini cocok untuk
mengekstraksi senyawa polar dari tanaman.
Contohnya:
a)
Metanol
b)
Etanol
c)
Asam asetat
d)
Air
2.
Pelarut yang bersifat semi-polar
Pada pelarut ini kepolarannya lebih
rendah dibandingkan dengan pelarut polar, sehingga pelarut semi polar ini cocok
digunakan untuk senyawa yang bersifat semi polar pula dari tanamn tersebut.
Contohnya:
a) Kloroforom
b)
Aseton asetat
3. Pelarut yang bersifat non-polar
Pada pelarut ini, bearti senyawa
yang diekstrak tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa yang diekstrak lebih
menuju kepada jenis minyak sehingga pelarut yang digunakan cocok yaitu pelarut
non-polar.
Contohnya:
a)
Eter
b)
Heksana
Alasan
Penggunaan Ekstraksi dan Maserasi:
1. Pengertian
Ekstraksi
Ekstraksi
adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses
pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen
terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989).
2. Tujuan
Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan zat murni
atau beberapa zat murni dari suatu campuran yang disebut sebagai pemurnian dan
untuk mengetahui keberadaan zat dalam suatu sampel ( analisa labolatorium ).
Secara umum, terdapat empat kondisi dalam
menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia
telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini,
prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang
sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa
untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid
atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang
dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka.
Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok
senyawa kimia tertentu.
3. Organisme
(tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya
dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali
membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan
sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui
kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk
memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa
yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini
(utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk
menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada
penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi
khusus.
3. Teknik Ekstraksi
Teknik ekstraksi pada komponen kimia dalam sel
tanaman ialah menggunakan pelarut organik yang akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel
dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Ekstraksi dengan temperatur
dingin
a) Metode maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel
menggunakan pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat
menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel
tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan
tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada
dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan
sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan
pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara
umum pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses
isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan
metabolit sekunder.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya
sederhana. Sedangkan kerugiannya antara lain, waktu yang diperlukan untuk
mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak,
tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti
benzoin, tiraks dan lilin.
(http://buyungchem.wordpress.com/isolasi-senyawa-terpenoid/)
3. Pelajari cara sintesis suatu terpenoid. Identifikasi sekurang-kurangnya 5 jenis reaksi organik yang terkait dengan biosintesis tersebut. Jelaskan reaksinya.
Terpenoid merupakan
bentuk senyawa dengan struktur yang besar dalam produk alami yang diturunkan
dan unit isoprene (C5)yang bergandengan dalam model kepala ke ekor, sedangkan
unit isoprene diturunkan dari metabolism asam asetat oleh jalur asam mevalonat
(MVA).
Adapun reaaksinya
adalah sebagai berikut: Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya
3 reaksi dasar, yaitu:
1. Pembentukan isoprene
aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan kepala
dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-. sester-, dan
poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor
dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
(Nursa'id Fitria. Terpenoid. 30 juni 2013. http://www.slideshare.net/fitriasaid/terpenoid . diakses 7 Desember 2013)
Mekanisme dari
tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat, setelah diaktifkan
oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam
asetoasetat.
Senyawa yang dihasilkan
ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan
rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat,
reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi, eliminasi asam fosfat dan
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil (IPP) yang selanjutnya berisomerisasi
menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzim isomeriasi.
IPP sebagai unti
isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan
ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isoprene untuk menghasilkan
terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan electron dari ikatan
rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti
oleh penyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil pirofosfat (GPP)
yaitu senyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid. Penggabungan selanjutnya
antara satu unti IPP dan GPP dengan menaisme yang sama menghasilkan Farnesil
pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa
seskuiterpenoid.
Rahmanbrar09.
29 September 2013. Mevalonate pathway. http://www.slideshare.net/ramanbrar09/mevalonate-pathway?from_search=10, Diakses 7 Desember 2013)
Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara
GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu
hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder
ini lazimnya ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi
spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu
kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.
Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa
pembentukan senyawa-senyawa monoterpen dan senyawa terpenoida berasal dari
penggabungan 3,3 dimetil allil pirofosfat dengan isopentenil pirofosfat.
Konversi genanyl-PP ke monoterpenes Limonene & a-Terpineol
Reaksi
ini menunjukkan PP geranyl prekursor yang dilipat dalam gambar mengalami
Reaksi
karbokation analog kemudian akan menjelaskan produksi atau pembentukan cincin
heterosiklik dalam konversi α-terpineol ke
monoterpen.
(Dharma. 3 Agustus 2013. Makalah alkaloid dan terpenoid. http://www.slideshare.net/dharma281276/makalah-alkaloiddanterpenoid, Diakses 7 desember 2013)
4. Salah satu bioaktivitas terpenoid berhubungan dengan hormon laki-laki dan perempuan (testosteron
dan estrogen). Jelaskan gugus fungsi yang mungkin berperan sebagai hormon baik
pada testosteron maupun estrogen.
Hormon seks
Hormon seks yang termasuk dari kalangan hormone
steroid antara lain hormone androgen dan hormone estrogen. Kedua hormone ini
tidak terlalu penting apabila dalam keadaan normal. Hal itu terjadi karena
letak utama dari kedua hormone tersebut adalah di penis untuk hormone androgen,
serta di ovarium untuk hormone estrogen.
Steroid seks adalah subset dari hormon seks yang
menghasilkan perbedaan jenis kelamin atau dukungan reproduksi . Mereka termasuk
androgen , estrogen, dan progestagens.
Hormon-hormon steroid alami umumnya disintesis
dari kolesterol dalam gonad dan kelenjar adrenal . Bentuk-bentuk hormon adalah
lipid . Mereka dapat melewati membran sel karena mereka larut dalam lemak, dan
kemudian mengikat reseptor hormon steroid yang mungkin nuklir atau sitosol
tergantung pada hormon steroid, untuk membawa perubahan dalam sel. Hormon
steroid umumnya dilakukan dalam darah terikat dengan operator tertentu protein
seperti hormon seks pengikat globulin atau kortikosteroid-binding globulin .
Konversi lebih lanjut dan katabolisme terjadi di hati, di lain
"perifer" jaringan, dan dalam jaringan target.
(Siti
Raihan. 26 November 2012. Makalah Steroid. http://sitiraihan1993.blogspot.com/2012/11/makalah-steroid.html, Diakses 7 desember 2013)
Sekresi hormone oleh kelenjar endokrin dapat
distimulasi atau dirangsang, bahkan bisa juga dihambat oleh hormone yang
sejenis. Selain sejenis, hormone yang mempunyai kadar sama dan sama-sama
diproduksi dalam darah juga dapat memacu maupun menghambat kerja hormone.
Selain itu, dapat pula sekresi terhambat karena gangguan factor lain. Yaitu
senyawa yang mirip hormone. Baik senyawa yang diproduksi dalam kelenjar itu
sendiri, maupun di kelenja endokrin lainnya. Juga bisa dipengaruhi factor
nonhormon seperti zat-zat makanan. Misalnya glukosa atau kalsium.
Mekanisme control umpan balik juga terlibat dalam
stimulasi atau inhibisi (penghambatan) sekresi hormone. Mekanisme control umpan
balik dibagi menjadi dua, yaitu :
Umpan balik negative
Jika terjadi peningkatan kadar zat hormone atau
nonhormon dalam darah, maka akan mengakibatkan inhibisi sekresi hormone
selanjutnya.
Umpan balik positif
Jika terjadi inhibisi kadar zat hormone atau
nonhormon dalam darah, maka akan mengakibatkan stimulasi sekresi hormone
selanjutnya.
Pelepasan hormone dari kelenjar endokrin juga
dapat distimulasi oleh impuls saraf yang menjalar di sepanjang serabut saraf
dan langsung berakhir pada sel kelenjar. Atau seperti pada bagian posterior
kelenjar hipofisis, distimulasi oleh neurosekresi yang telah tersimpan di dalam
kelenjar sebagai hormone.
Perlu diingat bahwa hormone steroid merupakan
hormone yang berasal dari kolesterol. Hormone steroid mencakup hormone korteks
adrenal dan hormone gonad. Hormone korteks adrenal misalnya kortisol,
aldosteron, dan hormone steroid seks adrenal). Hormone gonad misalnya hormone
seks steroid ovarium (estrogen) dan hormone steroid seks testis (androgen).
Hormon steroid cenderung memiliki sifat-sifat
yang sama seperti lipid. Karena steroid sendiri termasuk dari golongan lipid.
Hormon steroid cenderung mudah larut dalam pelarut-pelarut lipid. Seperi
kloroform misalnya. Steroid sendiri juga termasuk dari molekul lipid yang
besar. Susunan steroid bukan terdiri dari rantai hidrokarbon. Melainkan dari
empat cincin yang bergabung. Empat cincin tersebut merupakan inti steroid yang
dapat mengikat beragam gugus fungsional.
Mekanisme Aksi Seluler Hormon-Reseptor Steroid
sampai dengan Respon Seluler Fisiologisnya
Hormon
merupakan bahan kimia organic yang dibebaskan pada waktu khusus dalam jumlah
kecil. Hormone akan dikeluarkan oleh sel-sel endokrin ke dalam cairan jaringan
atau system vascular. Pada umumnya, hormone akan member efek pada tempat yang
agak jauh dari tempat sekresinya, atau yang lazimnya disebut organ sasaran atau
organ target. Hormone terdiri dari berbagai mecam. Diantaranya adalah hormone
polipeptida yang terdiri dari hormone tiriod dan hormone steroid.
Steroid, merupakan senyawa lipid larut-lemak yang
disintesis dari kolesterol. Zat ini diproduksi oleh ovarium, testis, plasenta, dan
bagian luar kelenjar adrenal, serta testosterone, estrogen, progesterone,
aldosteron, dan kortisol. Zat ini akan bersirkulasi dalam plasma yang
mentranspor protein dalam tubuh.
Hormon-reseptor steroid, dapat ditemukan di
membrane plasma. Yaitu di daerah sitosol, maupun di bagian inti sel atau
nucleus dari sel target. Secara umum, hormone-resptor steroid merupakan
reseptor intraselular yang tentunya, daerah ayau wilayah kerjanya adalah di
dalam sel. Hormon steroid merupakan salah satu jenis hormone polipeptida.
Hormone steroid, mempunyai keterlibatan dalam proses aktivasi gen. Dimana dari
proses aktivasi gen inilah akan melibatkan system reseptor intraselular.
Mekanisme
kerja hormone steroid, diawali dari hormone steroid yang melewati membrane sel.
Kemudian, hormone steroid masuk ke dalam area sitoplasma sel. Hormone steroid
menuju ke daerah sitoplasma karena hormone akan menuju ke sel targetnya..
Kemudian, hormone steroid akan berikatan dengan reseptornya . Reseptor hormone
terdapat pada sitoplasma sel. Setelah hormone dan reseptor berikatan, maka
terjadilah kompleks hormone-reseptor steroid. Dengan adanya kompleks
hormone-reseptor steroid ini, dengan atau tanpa modifikasi akan
ditransportasikan ke area kerja hormone atau bisa disebut sebagai side of
action.
Side
of action terdapat di dalam inti sel, yaitu tepatnya pada kromatin inti.
Kemudian, side of action akan berikatan dengan suatu bagian spesifik dari
kromatin inti sel. Ikatan antara side of action dengan bagian tersebut, akan
menstimulasi atau merangsang proses transkripsi RNA ( messenger
ribonucleic acid) yang baru. Proses stimulasi ini melalui sebuah mekanisme
baru yang belum bisa diketahui. Proses stimulasi transkripsi RNA akan
menghasilkan proses sintesis protein baru. Selain itu, akan terjadi beberapa
hal yang berhubungan dengan penghambatan sistesis protein. Hal itu terjadi
sesuai dengan fungsi tiap-tiap sel target. Contoh hormone steroid adalahadrenokortikosteroid.
(Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, 2004).
Hormon
steroid dapat menimbulkan efeknya melalui mekanisme dasar yang menyatukan
induksi sintesis protein yang baru pada sel targetnya. Protein yang
diinduksi ini merupakan hormon itu sendiri atau molekul lain yang penting untuk
fungsi sel. Misalnya seperti enzim. Protein yang baru disintesis itulah yang
bertanggung jawab sepenuhnya pada aktivitas hormon steroid. Dari proses
sebelumnya yang menghasilkan kompleks hormon reseptor, akan menghasilkan suatu
perubahan. Kompleks hormon-reseptor akan secara berurutan dipindahkan ke
nukleus dan akan berikatan dengan DNA.
Terdapat
tiga domain struktural penting pada setiap reseptor hormon steroid. Hal itu
juga berhubungan dengan fungsi molekul. Diantaranya adalah pengikatan hormon
steroid, pengikatan DNA, dan promosi transkripsi gen. Oleh karena itu, tidak
mengejutkan apabila semua reseptor hormon steroid memiliki kesamaan struktur
yang nyata pada level cetakan DNA (copy DNA).
Ekspresi
gen yang diatur oleh hormon steroid dikontrol oleh empat elemen spesifik. Yaitu
promotor, enhancer responsif steroid, silencer, dan enhancer yang tidak
tergantung pada hormon. Enhancer responsif steroid merupakan tempat pengikatan
DNA untuk kompleks reseptor steroid yang teraktivasi dan diketahui sebagai
elemen respon steroid. Dimana elemen respon steroid sangat penting dan
digunakan untuk menentukan spesifitas steroid.
Hormon
steroid diangkut dalam aliran darah secara terikat dengan protein spesifik.
Pengikatan tersebut spesifik, layaknya enzim dengan substrat. Steroid dapat
diekskresikan melalui urin dan empedu. Sebelum dieliminasi, steroid yang aktif
akan dikonjugasikan sebagai sulfat. (Heffner, Linda J., Schust, Danny J.,
2005).
Hormon
steroid merupakan salah satu hormone-hormon yang diisolasi dari daerah korteks
suprarenal.. lebih dari empat puluh jenis steroid telah diisolasi dari korteks
suprarenal ini. Namun, dari empat puluh jenis steroid, hanya beberapa dari
steroid ini yang dapat dideteksi dalam darah. Yaitu tepatnya di pembuluh darah
vena yang jalurnya meninggalkan kelenjar suprarenal. Seharusnya, karena
meninggalkan kelenjar suprarenal, tentunya dalam darah yang diangkut oleh
pembuluh darah vena terdapat macam-macam hormone steroid yang memang diisolasi
di daerah korteks suprarenal. Namun hal itu tidak terjadi, karena
hormone-hormon lainnya sedang melakukan tahap sistesis hormone. Sehingga tidak terbawa
pada pembuluh darah vena yang meninggalkan daerah korteks suprarenal.
Secara
umum, hormone steroid terbagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu :
1. Mineralokortikoid
Dari hormone steroid kelompok mineralokortikoid,
hormone steroid yang paling penting adalah hormone aldosteron. Hormone
aldosteron merupakan hormone yang bekerja di daerah ginjal, tepatnya
pada tubula distal pada nefron ginjal. Hormone aldosteron dihasilkan pada
kelenjar adrenal. Fungsi hormone aldosteron dalam tubuh adalah untuk membantu
mengatur keseimbangan garam dan air. Yakni dengan cara menahan garam dan air,
serta dengan membuang kalium.
2. Glukokortikoid
Yang termasuk dalah hormone glukokortikoid adalah
kortisol, atau hidrokortisol. Sedikitnya, 85 % aktivitas glukokortikoid yang
berasal dari sekresi adrenokortikal, merupakan hasil dari sekresi kortisol,
yang dikenal juga sebagai hidrokortisol. Namun, sejumlah kecil aktivitas
glukokortikoid yang cukup penting, diatur oleh kortikosteron.
Hormon glukokortikoid memiliki mekanisme kerja
seluler sebagai berikut. Yaitu dimulai dari hormone masuk ke dalam sel melalui
membrane sel, lalu hormone berikatan dengan reseptor protein yang terdapat pada
sitoplasma. Kemudian setelah terbentuk kompleks hormone-reseptor, maka kompleks
akan berinteraksi dengan urutan DNA pengatur spesifik, yang disebut sebagai
respon glukokortikoid. Lalu, glukokortikoid akan meningkatkan atau menurunkan
transkripsi banyak gen untuk mempengaruhi sintesis mRNA. Jadi, secara garis
besar, system kerjanya samam dengan hormone steroid pada umumnya.
Hormon kortisol, memiliki efek terhadap
metabolism-metabolisme zat-zat yang terdapat pada tubuh. Antara lain pada
metabolisme karbohidrat. Kortisol dapat merangsang glukoneogenesis dengan cara
meningkatkan enzim terkait dan pengangkutan asam amino dari jaringan
ekstrahepatik, terutama dari otot. Selain itu, juga dapat
memengaruhi penurunan pemakaian glukosa oleh sel dengan menekan proses oksidasi
NADH menjadi NAD+ . Serta untuk meingkatkan kadar glukosa darah
dengan menurunkan sensitivitas jaringan terhadap insulin.
Selain itu, kortisol juga memiliki efek terhadap
metabolisme protein yang terjadi di dalam tubuh. Antara lain untuk pengurangan
protein sel. Kortisol juga dapat meningkatkan protein hati dan protein plasma.
Kortisol juga dapat meningkatkan kadar asam amino dalam darah. Jadi, sebagian
besar efek kortisol terhadap metabolisme tubuh berasal dari kemampuan kortisol
untuk memobilisasi asam amino dari jaringan perifer.
Kortisol juga dapat mengakibatkan obesitas. Hal
itu dikarenakan jumlah kortisol yang berlebihan karena penumpukan lemak yang
berlangsung berlebihan. Kortisol pun penting dalam mengatasi stress dan
peradangan atau inflamasi. Karena kortisol dapat menekan proses inflamasi bila
diberikan dalam kadar yang tinggi. Mekanisme terjadinya yaitu kortisol akan
menstabilkan membrane lisosom. Selain itu, kortisol akan menurunkan
permeabilitas kapiler. Kemudian menurunkan proses migrasi leukosit ke daerah
inflamasi dan daerah yang memiliki fagositosis rusak. Kortisol akan membantu
menekan system imun, sehingga menekan produksi limfosit. Serta dapat
menurunkan deman, karena kortisol akan mengurangi pelepasan interleukin-1 dari
sel darah putih.
Hormon Laki-laki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar